Halaman

Rabu, 01 Agustus 2012

Perhiasan Dunia Akherat

Sebuah berita gembira datang dari sebuah hadits Rosul bahwa Rosulullah Saw. Bersabda :
”Seluruh dunia ini adalah perhiasan dan perhiasan terbaik di dunia ini adalah wanita yang sholehah.” (HR. an-Nasa’I dan Ahmad)


Di dalam Islam, peranan seorang istri memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan berumah-tangga dan peranannya yang sangat dibutuhkan menuntutnya untuk memilih kualitas yang baik sehingga bisa menjadi seorang istri yang baik. Pemahamannya, perkataaannya dan kecenderungannya, semua ditujukan untuk mencapai keridho’an Allah Swt., Tuhan semesta Alam. Ketika seorang istri membahagiakan suaminya yang pada akhirnya, hal itu adalah untuk mendapatkan keridho’an dari Allah Swt. sehingga dia (seorang istri) berkeinginan untuk mengupayakannya.

Kualitas seorang istri seharusnya memenuhi sebagaimana yang disenangi oleh pencipta-Nya yang tersurat dalam surat Al-Ahzab. Seorang Wanita Muslimah adalah seorang wanita yang benar (dalam aqidah), sederhana, sabar, setia, menjaga kehormatannya tatkala suami tidak ada di rumah, mempertahankan keutuhan (rumah tangga) dalam waktu susah dan senang serta mengajak untuk senantiasa ada dalam pujian Allah Swt.

Ketika seorang Wanita Muslimah menikah (menjadi seorang istri) maka dia harus mengerti bahwa dia memiliki peranan yang khusus dan pertanggungjawaban dalam Islam kepada pencipta-Nya, Allah Swt. menjadikan wanita berbeda dengan pria sebagaimana yang disebutkan dalam ayat Al-Qur’an:
”Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian yang lain. (karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Segala Sesuatu.” (QS. An Nisaa’ , 4:32)

Kita dapat melihat dari ayat ini bahwa Allah Swt. membuat perbedaan yang jelas antara peranan laki-laki dan wanita dan tidak diperbolehkan bagi laki-laki atau wanita untuk menanyakan ketentuan peranan yang telah Allah berikan sebagaimana firman Allah:
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” (QS. Al Ahzab, 33:36)

Karenanya, seorang istri akan membenarkan Rasulullah dan akan membantu suaminya untuk menyesuaikan dengan prinsip-prinsip syari’ah (hukum Islam) dan memastikan suaminya untuk kembali melaksanakan kewajiban-kewajibannya, begitupun dengan kedudukan suami, dia juga harus memenuhi kewajiban terhadap istrinya.

Diantara hak-hak lainnya, seorang istri memiliki hak untuk Nafaqah (diberi nafkah) yang berupa makanan, pakaian dan tempat untuk berlindung yang didapatkan dari suaminya. Dia (suami) berkewajiban membelanjakan hartanya untuk itu walaupun jika istri memiliki harta sendiri untuk memenuhinya. Rasulullah Saw. Bersabda :
”Istrimu memiliki hak atas kamu bahwa kamu mencukupi mereka dengan makanan, pakaian dan tempat berlindung dengan cara yang baik.” (HR. Muslim)

Ini adalah penting untuk dicatat bahwa ketika seorang istri menunaikan kewajiban terhadap suaminya, dia (istri) telah melakukan kepatuhan terhadap pencipta-Nya, karenanya dia (istri yang telah menunaikan kewajibannya) mendapatkan pahala dari Tuhan-Nya. Rasulullah Saw. mencintai istri-istrinya karena kesholehan mereka.

Aisyah Ra. suatu kali meriwayatkan tentang kebaikan kualitas Zainab Ra., istri ketujuh dari Rosulullah Saw.,”Zainab adalah seseorang yang kedudukannya hampir sama kedudukannya denganku dalam pandangan Rasulullah, dan aku belum pernah melihat seorang wanita yang lebih terdepan kesholehannya daripada Zainab Ra., lebih dalam kebaikannya, lebih dalam kebenarannya, lebih dalam pertalian darahnya, lebih dalam kedermawanannya dan pengorbanannya dalam hidup serta mempunyai hati yang lebih lembut, itulah yang menyebabkan ia lebih dekat kepada Allah”.
 
Seperti kebesaran Wanita-wanita Muslimah yang telah dicontohkan kepada kita, patut kiranya bagi kita untuk mencontohnya dengan cara mempelajari kesuciannya, kekuatan dari karakternya, kebaikan imannya dan kebijaksanaan mereka. Usaha untuk mencontoh Ummul Mukminin yang telah dijanjikan surga (oleh Allah) dapat menunjuki kita kepada karunia surga.
Abu Nu’aim meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda :
“Ketika seorang wanita menunaikan sholat 5 waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya dan mematuhi suaminya, maka dia akan masuk surga dengan beberapa pintu yang dia inginkan.” (HR. Al Bukhari, Al Muwatta’ dan Musnad Imam Ahmad)

Wahai Muslimah yang tulus, perhatikan bagaimana Nabi Saw. menjadikan sikap ta’at kepada suami sebagai dari bagian amal perbuatan yang dapat mewajibkan masuk surga, seperti shalat, puasa; karena itu bersungguh-sungguhlah dalam mematuhinya dan jauhilah sikap durhaka kepadanya, karena di dalam kedurhakan kepada suami terdapat murka Allah Swt.
Wallahu a’lam bish showab..

Muslimah Modis, Why Not?

Akhir-akhir ini kita menyaksikan begitu banyaknya saudari kita yang memiliki kesadaran untuk berbusana muslimah. Bahkan sebagian besar sekolah di Jakarta, dengan sangat membanggakan telah mendesain sendiri busana muslimah sebagai seragam sekolah para siswinya. Tak ketinggalan, perusahaan yang konon katanya sulit menerima karyawati berkerudung, dewasa ini perlahan-lahan mulai menghapus image tersebut. Di banyak perkantoran, kita tak akan lagi menemui kesulitan untuk mendapati  karyawati yang mengenakan kerudung ketika ngantor.

Hal tersebut tentu saja layak kita syukuri. Sebab, paling tidak telah ada kesadaran dari sebagian besar muslimah untuk menutupi auratnya. Kita tidak akan lupa, belakangan ini marak terjadi kejahatan seksual terhadap kaum wanita, yang penyebabnya antara lain karena si wanita tersebut dengan tanpa risih mengenakan pakaian yang tidak menutup auratnya, tapi justru malah menampakkan lekuk tubuhnya. Dengan kesadaran yang timbul dari banyak wanita untuk berbusana muslimah, diharapkan tindak kejahatan semacam itu akan semakin berkurang. Selain tentu saja, berbusana muslimah yang sesuai dengan syariat adalah merupakan perintah Allah SWT yang wajib ditaati oleh seluruh wanita Islam tanpa terkecuali. Sebagaimana firman Allah SWT,

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An Nuur : 31)

Jadi jelas kan, bahwa menutup aurat bagi muslimah itu adalah perintah Allah SWT yang tidak bisa ditawar. Jadi sudah semestinya, bukan karena takut menjadi korban kejahatan seorang muslimah itu menutup auratnya, juga bukan karena artis anu tiba-tiba mengenakan kerudung, kemudian ikut-ikutan. Tapi memang perintah Allah’lah yang membuat muslimah dengan penuh kesadaran menutup auratnya dengan berbusana muslimah yang sesuai syariat.

Ragam Busana Muslimah

Meningkatnya kesadaran para muslimah untuk menutup aurat juga dibarengi dengan membanjirnya produsen busana muslimah dengan berbagai merk dan ciri khas masing-masing. Jika kita membaca majalah wanita Islami, lihat saja, betapa para produsen busana muslimah itu berlomba-lomba untuk mengiklankan produknya. Masing-masing menawarkan keunikan desain yang berbeda, juga menonjolkan berbagai kelebihan busana yang diproduksi. Satu yang sama, para produsen busana muslimah itu sama-sama mengklaim bahwa produknya itu yang paling Islami dan sesuai dengan syariat.

Model busana muslimah yang ditawarkan pun bermacam-macam. Ada kerudung yang modelnya dibuat sedemikian rupa hingga mencekik leher. Juga ada disain busana muslimah berbentuk celana mirip kostum Alibaba. Tak ketinggalan, model busana berbentuk gamis yang elegan disertai kerudung panjang yang tak kalah menarik. Semua menawarkan mode yang berbeda-beda. Yang jika dicermati dengan seksama, maka, siapa yang mampu menarik peminat lebih banyak dengan berbagai strategi marketing, ialah yang akhirnya memenangkan persaingan menjadi trend di kalangan muslimah.

Mode Islami

Jika kita amati, ternyata busana muslimah yang trend belakangan ini adalah justru busana yang didesain dengan bahan minimalis. Sehingga begitu dikenakan, pakaian tersebut akan menampakkan lekuk tubuh si pemakai. Kerudungnya pun seperti yang telah disebutkan di atas, banyak muslimah yang kita temui memilih untuk mengenakan kerudung dengan model pemakaian yang dililit-lilit di leher dan tidak panjang menjuntai menutupi dada.

Ketika berbicara mengenai busana muslimah, banyak kalangan yang mempertanyakan, “Dalam Islam, boleh nggak sih kita mengikuti mode?” Maka jawabannya, tentu saja boleh. Sebagai muslimah yang membawa misi dakwah Islam justru kita jangan sampai ketinggalan jaman dalam berbusana, alias kuno. Sebisa mungkin, kita harus menunjukkan wajah Islam dengan segala keindahannya termasuk dalam hal berbusana.

Tapi yang perlu kita perhatikan adalah rambu-rambu yang telah digariskan Islam dalam berbusana. Lalu, seperti apa mode busana muslimah yang sesuai dengan syariat Islam?

Pertama, harus menutupi seluruh tubuh, kecuali wajah dan telapak tangan. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firman’Nya,

“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Azhab : 59)

Yang dimaksud jilbab dalam ayat ini adalah baju terusan panjang yang diulurkan ke seluruh tubuh. Ingat, seluruh tubuh, bukan tubuh bagian atas sepotong, ditambah bagian bawah sepotong. Melainkan adalah model pakaian yang langsung menutupi seluruh tubuh, dari atas hingga bawah. Nah, kebanyakan kita biasa menyebutnya gamis. Adapun penutup kepalanya adalah seperti disebutkan dalam Al Qur’an surat An Nuur ayat 31 tadi,

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya...”


Ya, ternyata kerudung yang sesuai dengan perintah Allah SWT adalah kerudung yang jika dipakai dapat menutup seluruh bagian kepala hingga ke dada. Dan soal ini tidak ada tawar menawar.

Kedua, pakaian yang dikenakan bukan dari kain yang tipis dan tembus pandang. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda,

“Pada akhir ummatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang. Diatas kepala mereka seperti terdapat punuk unta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka adalah kaum yang terkutuk” (HR. Ahmad 2/223.Menurut Al-Haitsami rijal Ahmad adalah rijal shahih)

Ketiga, longgar dan tidak ketat sehingga dapat menampakkan lekuk tubuh.
Keempat, tidak diberi wewangian / parfum. Harus kita waspadai, di dunia barat sekuler  salah satu “fungsi” parfum adalah sebagai alat seducing man (menggoda laki-laki). Begitulah mudharat dari parfum yang dipakai oleh perempuan (di luar rumah). Dari Abu Musa Al-Asyari bahwasanya ia berkta Rasulullah bersabda :

“Siapapun perempuan yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar mereka mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina”(
HR.An-Nasai II:38,Abu dawud II:92, At-Tirmidzi IV:17, At-Tirmidzi menyatakan hasan shahih)

Kelima, tidak tasyabbuh (menyamai) pakaian orang kafir. Tasyabbuh sudah jelas dilarang oleh Rasulullah, baik itu dilakukan oleh muslim ataupun muslimah. Dari Abdullah bin Amru bin Ash dia berkata:

“Rasulullah melihat saya mengenakan dua buah kain yang dicelup dengan warna ushfur, maka beliau bersabda: Sungguh ini merupakan pakaian orang-orang kafir maka jangan memakainya”
(HR. Muslim 6/144, hadits Shahih)

Keenam, Isbal (panjang melewati mata kaki). Berbeda dengan laki-laki yang diharamkan isbal, maka perempuan diwajibkan untuk isbal. Ibnu Umar berkata: Rasulullah bersabda :

“Barangsiapa menghela pakaiannya lantaran angkuh, maka Allah tidak akan sudi melihatnya pada hari kiamat. Lantas Ummu Salamah bertanya:”Lalu, bagaimana yang mesti dilakukan oleh kaum wanita denngan bagian ujung pakaiannya? Beliau menjawab: hendaklah mereka menurunkan satu jengkal!Ummu Salamah berkata: Kalau begitu telapak kaki mereka terbuka jadinya. Lalu Nabi bersabda lagi:Kalau begitu hendaklah mereka menurunkan satu hasta dan jangan lebih dari itu!” (HR.Tirmidzi (III/47) At-Tirmidzi berkata hadits ini Shahih)

Jelas kan, bagaimana Islam telah mengatur secara gamblang tentang bagaimana seharusnya muslimah berpakaian. Jadi, jika kita bingung oleh banyaknya mode busana muslimah, kembalikan saja standar berpakaian itu sesuai dengan syariat Islam.

Muslimah Harus Modis

Nah, jika demikian syarat berbusana bagi muslimah, lalu muslimah tidak akan bisa tampil modis dong? Kata siapa?! Sebenarnya yang membuat kita terlihat modis atau tidaknya dalam berpakaian bukanlah bagaimana bentuk pakaian yang kita kenakan. Melainkan terletak pada kemampuan kita dalam memadu padankan busana yang kita pakai.

Pernahkah suatu hari kita menyaksikan seorang muslimah (atau bahkan kita sendiri) mengenakan gamis bercorak loreng-loreng kemudian dipadukan dengan kerudung motif bunga-bunga? Atau mungkin kita juga pernah mendapati orang (atau kita sendiri, sekali lagi) mengenakan gamis berwarna ungu, dipadukan dengan kerudung berwarna hijau dan kaos kaki berwarna merah marun? Tentu sekali dua kali, pernah kan. Hmm...adakah yang salah dengan busana muslimah yang demikian? Tentu saja tidak. Sebab apa yang dikenakan tersebut telah memenuhi standar berbusana yang sesuai dengan syariat.

Namun ketahuilah, bahwa masalah berpakaian bukan hanya masalah selembar kain di badan atau selembar kerudung di kepala. Jangan sampai kita berfikiran, “Peduli apa dengan penampilan. Mau gamis merah, kerudung biru, dapadu kaos kaki coklat. Yang penting kan sesuai dengan syariat.”. Memang betul, tapi kita juga harus menyadari, bahwa pakaian yang kita kenakan hakikatnya juga mengusung jauh lebih banyak dari yang terlihat. Ada gambaran pendidikan, ekonomi, politik, budaya, sosial, akhlaq, dan terlebih keimanan. Sehingga ketika memutuskan untuk berpakaian, tentunya kita juga harus benar-benar memperhatikan kesesuaian busana yang kita pakai. Jangan sampai niatan kita untuk mensyiarkan ajaran Islam dalam berpakaian, justru dipandang sebelah mata hanya karena apa yang kita kenakan terkesan asal.

Menganggap warna apa saja cocok bagi kita, tanpa menyadari bahwa ada warna-warna tertentu yang justru pas bagi kita, adalah sebuah kesalahan. Warna yang tidak tepat bisa membuat kulit kita terlihat lebih gelap, wajah lebih tua, dan bahhkan membuat kita tidak terlihat smart atau well educated. Juga sebaliknya, warna yang tepat akan membuat kulit kita terlihat lebih terang, wajah lebih muda dari usia, serta membuat kita tampak cerdas, bahkan jika kita tidak memiliki pendidikan yang tinggi sekalipun. Tentu saja hal ini tidak tergantung warna, tapi yang lebih penting adalah bergantung pada akhlaq kita.

Warna atau motif gamis dan kerudung juga harus dilihat benar padu padannya. Jangan sampai warna tersebut kelihatan tidak pas. Sehingga penampilan kita terkesan keramaian, atau bahkan senyap alias hambar. Sebagai contoh, jika kita ingin mengenakan gamis dengan corak bunga-bunga warna biru, tak perlu lagi kita kenakan kerudung dengan motif batik atau kotak-kotak. Tetapi cukup kenakan kerudung yang polos dengan warna senada.

Itu hanya sebagian contoh kecil bagaimana kita bisa menampilkan syariat dalam berbusana tanpa mengabaikan keindahan Islam itu sendiri. Jadi sekarang, tak ada alasan untuk berpakaian yang benar-benar sesuai dengan aturan Islam hanya karena takut terlihat tidak modis, atau terkesan kuno dan ketinggalan jaman. Sebab, gamis lebar dan kerudung panjang yang wajib kita kenakan itu pun dapat menjadikan kita tampil modis, elegan, dan smart dengan kemampuan kita memadu padankan busana yang kita pakai.

Ala kulli hal,
semua harus kembali pada niat. Karena kitalah yang tahu desir apa di balik detak jantung kita. Teguhkan niat, bahwa hanya dalam rangka beribadah kepada Allah saja kita melakukan setiap hal. Dengan adanya aturan mengenai busana muslimah, Allah tidak menginginkan seorang muslimah menjadi tontonan berjalan dan cantik karena riasan. Namun dengan pakaian, Allah hendak memberi cahaya penjagaan diri bagi seluruh wanita shalihah. Wallahu’alam.

Yang Sedang Galau Menanti Jodoh

Sebagaimana kematian, rejeki, dan ajal, jodoh adalah rahasia Allah swt yang tidak dapat kita duga kedatangannya. Banyak insan menjadi resah tak berujung, saat usia kian bertambah namun jodoh tak juga datang menghampiri. Sementara di luar sana, teman dan kerabat tak henti bertanya kapan si lajang akan menikah? Orang tua pun sama, seolah tak mengerti kegundahan yang dirasa anaknya, desakan agar sang anak segera mengakhiri masa lajang bertubi-tubi dialamatkan.

Kegelisahan belum mendapatkan jodoh lebih sering kita temui menerpa muslimah. Ketika ditanya, apakah standar calon suami yang diharapkan terlalu tinggi? Rata-rata jawabannya adalah tidak. Sebab seiring bertambahnya usia, muslimah menjadi lebih arif dalam menentukan kriteria calon pasangan hidup. Ia tak lagi mendamba arjuna yang serba sempurna. Melainkan, standar idealis itu telah berubah menjadi realistis. Apapun resiko yang mungkin terjadi, akan siap dihadapi jika memang seseorang yang benar-benar apa adanya segera datang.

Namun, jika standar tinggi tak lagi dipatok dan seseorang itu tetap belum menampakkan tanda-tanda kedatangannya, salahkah muslimah jika belum juga menggenapkan setengah dien-nya?

Kuncinya: Tawakal

Seseorang yang belum juga menemukan jodohnya, hendaknya tidak serta merta berputus asa. Sebab sebagaimana kehidupan itu sendiri, jodoh adalah benar-benar sesuatu yang menjadi urusan Allah. Keyakinan bahwa janji Allah adalah pasti, mutlak terpatri di hati para muslimah. Maka, ketika hati merasa resah, perlu kiranya mengingat-ingat firman Allah swt,

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Rum : 21)

Bahwa manusia diciptakan berpasang-pasangan adalah kekuasaan Allah. Maka, yang perlu diperkuat adalah keyakinan kepada Allah. Bahwa jodoh setiap insan insya Allah pasti ada. Siapa dia, ada di mana, dan kapan akan datang? Adalah rahasia Allah yang hanya Allah saja yang tahu. Satu keyakinan, bahwa Allah hanya akan mengirimkan orang yang tepat pada saat yang tepat dalam pandangan Allah.

Tawakal yang dapat berbuah manis hanyalah tawakal yang dapat melahirkan ikhtiar yang sungguh-sungguh dalam menemukan pendamping hidup. Bukanlah dikatakan tawakal orang yang hanya diam terpaku menanti jodoh yang akan tiba-tiba datang. Akan tetapi, tawakal ialah sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw, “Ikatlah dahulu untamu, baru kamu bertawakal,” kepada seorang sahabat yang bergegas masuk masjid dengan meninggalkan untanya dalam keadaan tidak diikat dengan alasan bertawakal kepada Allah.

Begitulah tawakal. Penyerahan urusan secara total kepada Sang Pemilik Segala Urusan tanpa meninggalkan ikhtiar dengan sungguh-sungguh sesuai apa yang telah disyariatkan.

Jika sudah demikian, tak ada lagi resah, gelisah, juga galau yang mendera meski dalam usia menjelang senja namun jodoh tak jua tiba.

Jangan Abaikan Evaluasi

Alur kehidupan ini sebenarnyalah telah  digariskan oleh Allah Yang Maha Menentukan. Ada syariat yang menuntun pada jalan keselamatan selama menjalani kehidupan di dunia. Tak terkecuali skenario Allah bernama pernikahan.

Hanya saja, ketika perjalanan hidup kita rasa ada yang salah, bukanlah taqdir yang salah, melainkan kita sendiri yang harus mengevaluasi diri. Adakah yang kita jalani dalam kehidupan ini telah benar-benar sesuai dengan rambu-rambu yang Allah gariskan? Atau ada ambisi dan ego pribadi yang menjadikan skenario hidup kita tampak tak sesuai harapan?

Berkaitan dengan pendamping hidup yang terasa ‘Antara ada dan tiada’, berikut diantara hal-hal yang mesti menjadi bahan evaluasi para muslimah:

1.    Kelewat Fokus Dalam Karir

Tak dapat dipungkiri, ada diantara para muslimah yang dalam kesehariannya menjadi penopang perekonomian keluarga. Atau ada juga yang dari segi ekonomi termasuk dari kalangan keluarga yang kurang mampu. Sehingga untuk menutup biaya hidup, ia dituntut untuk fokus dalam karir. Hal ini membuat sebagian muslimah dalam usia mudanya benar-benar memfokuskan diri untuk bekerja dan bekerja. Sehingga ikhtiar ke arah pernikahan menjadi tidak terfikirkan. Ketika usia kian bertambah tua, biasanya kesadaran ke arah tersebut baru mulai ada.

2.    Kriteria Yang Terlalu Tinggi

Ingin memiliki pendamping hidup yang beriman, tampan, dan mapan adalah dambaan setiap muslimah. Ketika usia masih terbilang muda, banyak diantara muslimah yang mematok kriteria yang demikian ideal bagi lelaki yang ingin menjadi pendamping hidupnya. Akibatnya, laki-laki yang sebenarnya telah siap menikah dan ingin mengkhitbah menjadi mundur teratur begitu tahu sang muslimah memasang sederet kriteria yang tinggi mengawang-awang. Padahal Islam dengan segenap aturannya yang sempurna telah dengan lugas memberikan batasan-batasan kriteria laki-laki yang pantas untuk menikah. Bahkan jika laki-laki itu tak berharta melimpah sekalipun. Sebagaimana firman Allah swt,

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.” (QS. An Nuur:32)

3.    Mengabaikan Jalan Menemukan Pasangan

Melalui jalan mana jodoh itu akan datang, hanya Allah yang tahu. Namun seseorang tetap memerlukan eksistensi akan keberadaan diri serta kebaikan-kebaikannya. Tak ada yang tahu ada seorang muslimah shalihah yang peduli dengan dakwah dan juga cakap berumah tangga, jika sang muslimah membatasi diri dari pergaulan, terutama dengan orang-orang shalih. Maka, banyak bergaul dan beraktivitas dengan orang-orang shalih mutlak dilakukan oleh siapapun, tak terkecuali para muslimah. Sebab, jodoh yang baik akan ditemukan di lingkaran orang-orang yang juga baik, dan sama-sama melakukan aktivitas kebaikan.

Saatnya Berdamai dengan Keadaan

Segenap usaha disertai penyerahan diri secara total kepada Allah telah dilakukan. Evaluasi pun telah dilaksanakan hingga melahirkan suatu perubahan diri. Namun, jodoh yang dinanti tak jua datang menghampiri. Jika itu terjadi, tetaplah berbaik sangka kepada Allah. Sebab, Allah akan mengikuti prasangka hamba-Nya. Dan jangan sedikit pun kita berputus asa dari rahmat Allah ketika sesuatu yang menjadi harapan tak kunjung berwujud menjadi kenyataan. Kuatkan terus menerus dalam hati, bahwa Allah tak pernah ingkar janji. Dan itu akan menjadi keistimewaan tersendiri di mata Allah yang dapat membuahkan ganjaran pahala.

Yang tak kalah penting adalah berdamai dengan keadaan dan terus berpikir positif. Bahwa Allah tak akan menyia-nyiakan sekecil apapun usaha hamba-Nya dalam meraih sesuatu yang mengantarkan pada kebaikan hidup di dunia maupun di akhirat. Termasuk usaha menemukan pasangan untuk bersama-sama menggenapkan setengah dien melalui sebuah pernikahan barakah. Wallahu’alam.

Sepuluh Pesan Al_Qarni untuk Muslimah

KEMULIAAN wanita digambarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam. Dalam sabdanya beliau mengayakan, “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah.“ (HR. Muslim).

Bagaimana ciri-ciri wanita Muslimah sebagaimana diharapkan Islam? Al Qarni mencatat 10 ciri perempuan yang dikategorikan Muslimah;

Pertama, Muslimah adalah orang yang beriman kepada Allah sebagai Tuhannya, Muhammad sebagai Nabi panutannya, dan Islam sebagai agamanya. Pengaruh keimanan itu terlihat melalui ucapan, perbuatan, dan keyakinannya. Dia selalu menghindari hal-hal yang dimurkai Allah, merasa takut terhadap siksa-Nya yang pedih, dan tidak mau menentang perintah-Nya.

Kedua, Muslimah selalu memelihara shalat lima waktunya lengkap dengan wudhu dan kekhusyu’annya, yang dikerjakan tepat pada waktunya masing-masing. Tiada sesuatu kesibukan pun yang dapat membuatnya lalai dari ibadah dan shalatnya. Pengaruh dari shalatnya itu terlihat pada dirinya, karena sesungguhnya shalat itu dapat mencegah pelakunya dari melakukan perbuatan keji dan munkar. Shalat adalah benteng yang besar terhadap berbagai macam kedurhakaan.

Ketiga, Muslimah senantiasa mengenakan jilbabnya dan merasa terhormat dengannya. Karena itu, tidaklah sekali-kali ia keluar dari rumahnya melainkan mengenakan jilbab. Dia bersyukur kepada Allah yang telah memuliakannya dengan jilbabnya. Dia menyadari, jilbab adalah untuk memelihara dan mensucikan kehormatannya.
 يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً
Allah berfirman, “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuannya, dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (Al-Ahzaab: 59)

Keempat, Muslimah selalu antusias untuk menanti suaminya. Dia bersikap lembut kepadanya, menyayangi, mengajaknya kepada kebaikan, dan mengharapkan kebaikan baginya. Dia juga  melayani kenyamanannya, tidak berani meninggikan suara kepada suaminya, dan tidak pernah berbicara kasar kepadanya.

Dalam sebuah hadits shahih disebutkan, “Apabila seseorang wanita mengerjakan shalat lima waktunya, puasa di bulan Ramadhannya, dan taat kepada suaminya, niscaya dia akan masuk surga Tuhannya.

Kelima, Muslimah mendidik anak-anaknya untuk taat kepada Allah. Dia menanamkan aqidah yang benar ke dalam jiwa mereka, dan menyuburkan dalam kalbu mereka kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya, dan menjauhkan mereka dari kedurhakaan dan akhlak yang buruk.

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (At-Tahriim: 6)

Keenam, Muslimah tidak boleh sendirian bersama laki-laki lain yang bukan muhrimnya. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan, “Tidak sekali-kali seorang wanita sendirian bersama seorang laki-laki (lain) kecuali yang ketiganya adalah setan.”

Ketujuh, seorang Muslimah tidak pernah menyerupai laki-laki dalam berbagai hal yang khusus hanya bagi kaum laki-laki. Dalam sebuah hadits, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita, dan wanita yang menyerupai laki-laki.”

Dan Muslimah tidak pernah menyerupai wanita-wanita kafir dalam berbagai hal, yang menjadi ciri khas mereka. Contohnya dalam hal pakaian dan penampilan. Karena dalam sebuah hadits, Nabi bersabda, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.”
Kedelapan, wanita Islam adalah wanita yang selalu menyeru ke jalan Allah di kalangan kaumnya dengan kata-kata yang baik. Dia juga mengunjungi tetangganya melalui hubungan telepon, meminjamkan buku-buku islami dan kaset-kaset islami. Dan dia selalu mengamalkan apa yang dikatakannya dan berupaya keras untuk menyelamatkan dirinya dan saudari-saudari seiman dari azab Allah.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah berkata, “Sungguh, jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang dengan melaluimu, itu lebih baik bagimu daripada unta berbulu merah.”
 

Kesembilan, Muslimah selalu memelihara kalbunya dari hal-hal yang syubhat dan nafsu syahwat. Ia memelihara matanya dari melihat yang diharamkan, menjaga telinganya dari mendengar nyanyian (setan), dan kata-kata yang mesum lagi fasiq. Demikian juga ia menjaga anggota tubuh lainnya dari melakukan pelanggaran. Dan dia meyakini bahwa semua yang dilakukannya itu adalah realisasi dari ketaqwaannya.

Dalam sebuah hadits shahih disebutkan, “Hai manusia, merasa malulah kalian kepada Allah Yang Maha Haq dengan sebenar-benar malu. Malu yang sebenar-benarnya kepada Allah ialah dengan memelihara kepala dan semua anggota yang ada padanya, memelihara perut dan semua isinya, dan mengingat kematian serta cobaan. Barangsiapa yang menghendaki pahala akhirat tentu menghindari perhiasan duniawi.”

Kesepuluh, Muslimah senantiasa menghargai waktu. Dia tidak akan pernah membuang-buangnya dengan sia-sia, dan senantiasa menjaga malam dari siang harinya agar jangan mencabik-cabik dirinya. Karenanya, dia tidak pernah mengumpat, mengadu domba, mencaci atau melakukan hal-hal yang melalaikan dan melenakannya dari hal-hal yang sangat penting dan berguna bagi dirinya.
 وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُواْ دِينَهُمْ لَعِباً وَلَهْواً وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
Allah berfirman, “Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan sendau-gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia.” (Al-An’aam: 70)

Dan Allah telah berfirman sehubungan dengan kaum yang menyia-nyiakan usia yang pada akhirnya di hari kiamat nanti mereka mengatakan sebagaimana yang dikisahkan oleh firman-Nya, “Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu, sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amatlah buruk apa yang mereka pikul itu.” (Al-An’aam: 31)

Ya Allah, berilah petunjuk kepada para pemudi Islam kepada hal-hal yang Engkau cintai dan Engkau ridhai, dan penuhilah kalbu mereka dengan iman. Amin.
* Dinukil dari buku Meraih Sukses di Bulan Ramadhan